Wanita suka menjadi cantik untuk sekedar dipuji atau dinikmati dari
kejauhan oleh pria, boleh dilihat tak boleh dipegang. Namun yang sering
menjadi masalah adalah kecantikan itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu
yang abstrak, seperti halnya karya seni. Maksudnya adalah kecantikan
seorang wanita itu tidak pernah mendapatkan suara bulat dari semua pria. Diantara banyak pria pasti ada yang menganggapnya sangat cantik, cukup cantik, lumayan atau bahkan kurang cantik.
Pria
memang memiliki preferensi yang berbeda dalam mengagumi wanita, seperti
layaknya penikmat seni. Ada pria yang menganggap wanita dengan payudara besar
itu tidak cantik, meskipun mayoritas pria menyukai itu. Ada pria yang
menganggap wanita berbibir tebal itu aneh, alih-alih seksi. Ada juga
pria yang menganggap wanita dengan berat badan melebihi indeks massa
tubuh itu adalah seksi, meskipun banyak pria tidak sepakat dengan hal
itu. Itulah yang dinamakan preferensi atau kecenderungan memilih dan
semua orang bebas menentukan apa yang mereka inginkan.
Lalu, tolok ukur cantik bagi wanita itu seperti apa?
Selama ini media dengan film, sinetron dan iklan menetapkan standar
tertentu yang disebut cantik sehingga para wanita berpendapat bahwa
seluruh pria menyukai yang seperti itu. Hal ini mengakibatkan banyak
wanita yang mengejar kecantikan lahiriah dengan mengabaikan kecantikan
batiniah. Tindakan wanita yang membabi buta membeli produk-produk dengan
anggapan bisa tampil cantik adalah mengabulkan tujuan dari propaganda
iklan dan mengembangkan budaya konsumerisme. Akibat dari semua itu
adalah para wanita semakin mengubur dalam-dalam pribadi mereka sendiri.
Berhubung
kecantikan adalah sesuatu yang abstrak, menjadikan orang lain sebagai
tolok ukur penilaian kecantikan pada diri sendiri tentu saja adalah
tindakan kurang bijak. Masing-masing orang memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Lagipula, terlalu berfokus pada hal yang
bersifat materi atau tampak luar adalah suatu kesalahan besar yang
menghalangi datangnya kebahagiaan dan ketenangan pada diri seseorang.
Seringkali mengejar kecantikan lahiriah justru mendatangkan stress dan bisa menjurus kepada kedengkian pada kecantikan orang lain.
Ada bocoran dari rekan-rekan Harmony Magazine yang bisa dibilang
hidung belang dan mantan hidung belang. Hampir semua bersepakat bahwa
wanita yang cantik fisik saja, lebih cocok untuk bersenang-senang saja,
bukan komitmen jangka panjang. Ada beberapa sebab yang kami rangkum,
yakni:
- Wanita yang berfokus pada kecantikan fisik umumnya gampang diperdaya lelaki.
- Jika kecantikan wanita itu menghilang atau memudar, mereka tidak mendapatkan keuntungan apa-apa.
- Wanita cantik itu biayanya mahal, mesti beli kosmetik ini itu, sehingga tidak cocok untuk hubungan jangka panjang atau menikah.
Menurut kami, kecantikan yang hakiki terpancar dari dalam, bukan
terlihat di luar yang sifatnya sementara. Seorang wanita cantik seperti
Dian Sastro, Sandra Dewi atau Kirana Larasati dalam 50 tahun kedepan
pasti peyot dan jelek juga. Sedangkan kecantikan perilaku akan dikenang
sepanjang masa. Sebagai contoh Raden Ajeng Kartini, beliau tidak cantik
secara fisik, namun kecantikan pemikirannya dapat menginspirasi banyak
orang. Kecantikan seperti ini adalah kecantikan yang abadi, tidak lekang
dimakan oleh waktu. Kecantikan tutur kata, perilaku yang baik dan
kecerdasan ilmiah adalah satu kunci menjadi wanita cantik yang
diperebutkan banyak pria.
Bagaimana menurut anda?